Setiap langkah membawa rasa syukur tersendiri. Seusai Subuh, tubuh dan pikiranku seperti mendapat kesempatan untuk menyelaraskan diri.

Oleh : M. Harry Mulya Zein
Setiap selesai menunaikan sholat Subuh, aku selalu merasa ada energi baru yang mengalir dalam diriku. Doa-doa yang terucap, suasana hening masjid rumah, dan udara dini hari yang masih bening menjadi awal yang sempurna untuk memulai hari. Dari situlah rutinitas kecilku dimulai: jalan-jalan pagi santai.
Begitu keluar rumah, udara segar langsung menyapa wajahku. Langit masih lembut, berwarna biru pucat dengan semburat jingga yang perlahan muncul di ufuk timur. Aku melangkah dengan ritme ringan, tanpa terburu-buru. Jalanan masih sunyi, hanya terdengar kicau burung dan suara langkahku sendiri yang memecah keheningan.
Setiap langkah membawa rasa syukur tersendiri. Seusai Subuh, tubuh dan pikiranku seperti mendapat kesempatan untuk menyelaraskan diri. Aku merasakan pernapasanku lebih teratur, dadaku lebih lapang, dan hatiku lebih tenang. Jalan-jalan santai ini bukan sekadar olahraga, tapi juga sambungan dari ibadah—cara untuk merawat tubuh setelah merawat jiwa.
Di sepanjang rute, aku sering bertemu beberapa warga yang juga memulai hari dengan kegiatan serupa. Ada yang bersepeda, ada yang menyapu halaman, ada pula yang baru pulang dari masjid. Kami saling bertukar senyum kecil, tanda bahwa pagi sudah kita sambut bersama.
Kadang aku berhenti sejenak di dekat taman kecil di ujung blok. Pohon-pohon masih mengeluarkan bau basah setelah malam, dan sinar matahari yang mulai naik menembus sela daun, menciptakan bayang-bayang keemasan di tanah. Aku merentangkan tangan, menggerakkan bahu, lalu melanjutkan langkah dengan hati yang lebih ringan.
Setiap selesai berolahraga, aku kembali ke rumah saat matahari mulai menghangatkan bumi. Ada rasa segar yang menyenangkan, seakan tubuhku baru saja diisi ulang. Rutinitas kecil ini membuatku siap menyambut hari dengan lebih semangat dan lebih terarah.
Jalan-jalan pagi seusai Subuh mungkin terlihat sederhana. Namun bagiku, ia adalah jeda, penyegar, sekaligus pengingat bahwa hidup bisa tetap indah bila kita memberi ruang untuk hal-hal yang menenangkan. Di setiap langkah santai itu, aku menemukan ketenangan yang sulit diganti. (*)
Leave a comment