Refleksi  Akhir Tahun 2025 Forum Senja kerja sama AMKI Pusat (Bagian ke-5).

Pendapat ditulis oleh Karim Paputungan, Yanto Soegiarto, dan Sudarno Wiwoho, dirangkum oleh Mohammad Nasir (Editor).

Dari kiri: Yanto Soegiarto, Karim Paputungan, dan Sudarno Wiwoho

KETIKA Forum Senja bekerja sama dengan Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI) Pusat, dalam merefleksikan tahun 2025 yang segera berakhir, tiga kawan Forum Senja memilih bicara Desember. 

Ada yang memilih melihat ke dalam diri sendiri, dan ada juga yang melihat keluar, kejadian-kejadian di luar dirinya selama Desember. 

Tentu saja semuanya ditulis dengan sudut pandangnya sendiri. Karim Paputungan menulis apa yang ia lakukan, apa yang ia rasakan pada hari-hari di bulan Desember 2025. 

Karim Paputungan,  Wartawan Senior, Kolumnis, Mantan Pemimpin Redaksi Harian Merdeka & Harian Rakyat Merdeka memilih menulis yang ringan-ringan saja, tetapi bermakna dalam. “Saya merefleksikan senja yang indah di Bulan Desember saja,” katanya. 

“Saya juga menulis Desember kelabu,” kata Yanto Soegiarto, Mantan Pemimpin Redaksi Indonesian Observer, Head of Content astaga.com,  mantan Pemimpin Redaksi RCTI, Managing Editor Majalah Globe Asia, dan kolumnis Jakarta Globe. 

Tulisan Yanto Soegiarto berupa pengamatan dan apa yang ia dengar, dan kepeduliannya. Tulisannya menarik, serapan dari  luar dirinya. Pengamatan yang tajam. 

Satu lagi seorang kawan sudah siap dengan tulisannya bercerita tentang Desember. Namanya Sudarno Wiwoho, pemerhati masalah pendidikan dan kebudayaan. 

Mestinya dia ini berbicara tentang carut-marutnya dunia pendidikan. Eh, malah terbawa perasaan romantisnya menulis tentang Desember. 

Bulan Desember memang bulan psikologis, menyentuh ruang batin merefleksikan perjalanan diri yang kadang-kadah tertatih-tatih. Tiba-tiba waktu sudah sampai pada akhir tahun. Semua perasaan sudah menyentuh ubun-ubun. 

Rasa dan karsa sudah sampai. Tetapi jiwa masih gelisah karena belum semua pekerjaan berhasil dituntaskan. Ada rasa melow, perasaan lembut yang jujur, mengakui kekurangan diri secara diam-diam. 

Menyambut Natal dan Tahun Baru di Club House, Cluster Premier Park, Kota Modern, Tangersng (foto NAS)

Mari kita simak tulisan tiga rekan yang aktif di Forum Senja. 

       +++

Refleksi: Senja Yang  Indah, Proyeksi Pagi Yang Cerah

Oleh: Karim Paputungan

SENJA yang  indah. Begitu saya merefleksi kilasan peristiwa tahun 2025 yang segera pamit di ujung Desember. 

Pagi yang cerah. Begitu proyeksi untuk tahun depan: 2026. Tentu sembari menatap bayangan pintu Januari. Apakah bisa mengetuk dan masuk.

Refleksi menjadi hari kemarin. Harapan besok masih misteri. Begitulah  The Cycle of Life, perputaran roda kehidupan. 

Saya tertarik dengan postingan rekan Taufik Darusman di group WA. Mantan pemimpin redaksi majalah “Forbes Indonesia” itu mengutip artikel Dr dr Harmin Sarana MM, FS, Sp.KL, Sp.B (K).

Quote:

“Usia 70an tahun merupakan simpul penting dalam kehidupan. Dari sudut pandang mana pun, orang yang berusia di atas 70 tahun dianggap tua. Pada titik ini, matahari terbenam  mendekati cakrawala, dan kehidupan yang penuh warna juga akan segera berakhir.”

Postingan itu menarik. 

Saya cuplik ulang. Dalam ungkapan senada, orang yang berusia 70 tahun sudah memasuki senja, sesuai tajuk WA Forum Senja yang diinisiasi oleh M Nasir, mantan wartawan harian Kompas dan penulis kehidupan.

Menurut data publik, hanya 44 persen manusia yang dapat melewati ambang batas itu. Saya bersyukur dapat predikat tua. 

Memasuki, bahkan melewati 70 tahun. Malah boleh dibilang sudah dapat bonus beberapa tahun. Relatif sehat. Sehatnya orang tua. Disokong oleh obat-obatan.

Tensi dan Kolesterol

Ada ritual rutin malam dan pagi. Mengkonsumsi obat generik. Masing-masing untuk menjaga tensi dan mengelola kadar kolesterol.

Bagaima dengan olahraga?

Sewaktu muda ketika mahasiswa, saya mengikuti olah raga beladiri asal negeri mataharti terbit yang populer di kampus era itu. Kemudian vacuum berbilang tahun.

Belakangan olahraga tetap dijalani. Bukan lagi yang mengutamakan kekuatan fisik, tapi pengaturan pernafasan. Dilatih dengan jurus dan gerakan.

Semakin ke sini, olahraga beralih kepada gerakan yang lebih lembut. Mengolah jiwa raga dengan prinsip: Sejati Baik Sabar.

Tidak ada ujian kenaikan tingkat. Tidak ada latihan kekuatan fisik. Tidak ada iuran. Keanggotaan bebas.  Latihan bersama sekali seminggu. 

Berselang seling, saya jalan kaki. Berdua dengan sahabat satu komplek perumahan. Tidak ada target  berapa langkah atau berapa lama. Tapi, secara rata-rata sekitar 3000 – 5000 langkah. Jalan santai di pagi hari.

Bersama beberapa teman, saya selaku penggembira jalan kaki di kawasan Gelora Bung Karno– GBK Senayan. Sekali seminggu di sore hari. GBK selalu ramai dengan macam-macam komunitas. Ada yang jalan santai, ada yang lari sembari yel-yel, senam dan olahraga.

Kadang jalan-jalan dan kulineran dengan sesama warga perumahan. Nyewa bus keluar kota. Nginap satu atau dua malam.

Kajian

Mengikuti kajian seminggu sekali untuk kebugaran rohani. Ustadznya hafal Al-Quran. Relatif muda dibanding dengan jamaah yang tua-tua. Yang terdaftar ada puluhan. Yang aktif sepuluhan atau belasan.

Menyeimbangkan kebugaran jasmani dan rohani baik dilakukan secara konsisten atau istiqamah sejak muda maupun orang tua, termasuk di usia senja.

Kalau tahun depan: 2026 kita bisa bangun dengan bugar dan sarapan dengan nyaman, seolah dunia milik kita (*)

             +++

Desember Kelabu

Oleh: Yanto Soegiarto

SOPIR taxi biru bercerita selama perjalanan yang tidak terlalu jauh tetapi hujan dan macet dimana mana. 

Dari kemelut Nahdlatul Ulama (NU)  hingga bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, rupanya dia mengikuti peristiwa peristiwa yang terjadi di penghujung tahun 2025 ini. 

Maklum se-hari hari di jalanan melihat, mendengar dan mencermati berbagai sisi kehidupan.

Tapi yang menarik ketika bercerita tentang arti bulan Desember. Dia faham betul soal primbon (ramalan Jawa). Desember itu artinya “Gede-gedenya Sumber “. 

“Curah hujan tinggi,banyak bencana, siklon tropis, mega-thrust masih mengancam. Banyak pula ketidak-pastian. Ini Desember kelabu,” ujarnya

“Bencana alam terdahsyat Tsunami Aceh tahun 2004 juga terjadi di bulan Desember satu hari setelah Natal. Banyak lagi bencana lain yang terjadi di bulan Desember sepanjang sejarah,” katanya.

Obrolan ini tentu ada maknanya. Intinya, ke depan kita semua harus tingkatkan kewaspadaan. Dari memperhatikan himbauan sederhana agar hati hati jika berlibur di pantai hingga dampak kepastian hukum, politik dan ekonomi tentunya, semuanya harus kita antisipasi.

Jika direnungkan di bulan Desember ini memang terjadi peristiwa- peristiwa yang menyedihkan, mengejutkan, mengecewakan dan berbagai “mixed feelings” yang dirasakan masyarakat.

Sudah pasti kita semua berempati terhadap penderitaan saudara saudara kita yang terkena musibah di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Begitu banyak orang yang menjadi korban sementara relief operations belum bisa maksimal karena antara lain medan yang dangat berat. 

Acara “Christmas Carol Colossal Vol 2” menampilkan ribuan penyanyi di Jalan Sudirman, Jakarta baru baru ini sukses. Acara ini menjadi perayaan Natal akbar yang meriah menampilkan lagu- lagu Natal dengan sentuhan musik tradisional Sumatera dan diiringi doa bersama. 

Gubernur Jakarta Pramono Anung mengumumkan dalam kesempatan itu, tidak ada  pesta kembang api di Jakarta di malam Tahun Baru 2026 seperti tahun- tahun sebelumnya.

Sementara peristiwa yang juga sangat mengejutkan di akhir tahun ini adalah peragaan penyerahan uang sitaan negara yang jumlahnya sangat fantastis sampai Rp 6,6 trilyun di Kejaksaan Agung. 

Visualisasinya sangat dramatis. Tetapi Ini justru merupakan “display of corruption” dan menggambarkan besar skala korupsi yang ada di Indonesia. 

Disamping itu Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK serentak di bulan Desember ini saja menangkap 25 orang di empat daerah yang berbeda. 

Menurut Indeks Persepsi Korupsi (IPK) skor Indonesia sampai akhir tahun ini berada masih menempati peringkat bawah di urutan 110 dari 180 negara.

Belum lagi dampak lingkungan yang disebabkan oleh penebangan hutan secara massive di masa lalu hingga menjadi tertuduh penyebab bencana banjir dan longsor. 

Sedangkan yang mengecewakan sekali banyaknya hoax media sosial yang beredar penuh dengan fitnah dengan menggunakan AI atau membuat suara terhadap gambar dan video dengan narasi yang tujuannya mendiskreditkan seseorang.

Terkadang kebebasan media sosial sudah melampaui batas-batas kesantunan dan moral sehingga banyak hak-hak privasi individu dirugikan. 

Belum lagi banyaknya media sosial yang memberitakan Bali telah kehilangan daya tariknya sehingga sepi karena wisatawan asing lebih memilih berlibur ke Thailand ketimbang Bali. Ini sangat merugikan pariwisata kita. Yang terjadi adalah hunian hotel berbintang menurun karena kebanyakan wisatawan lebih memilih booking penginapan melalui Airbnb yang lebih murah atau menyewa villa yang menjamur di Bali. Pada kenyataan Bali tetap ramai di bulan Desember ini dan sulit untuk reservasi penerbangan oleh karena padatnya pengunjung.

Jika ada video TikTok yang beredar menampilkan Cristiano Ronaldo dan Dwayne Johnson (The Rock) berlibur ke Yogyakarta dan memberi pujian tentang gudeg Yogya, itu adalah AI generated.

Kita bisa merenungkan apa saja yang membuat bulan Desember terasa kelabu.Tetapi kita juga harus merubah yang kelabu itu menjadi terang. Biasanya “festive season” akhir tahun kita manfaatkan untuk berlibur, berpesta, merayakan Natal dan malam Tahun Baru, berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai, keluarga, sahabat dan mempererat silaturrahim.

Di bulan Desember ini yang penting kita harus punya Resolusi Tahun Baru dengan berharap membawa perubahan positif bagi diri kita sendiri. 

Resolusi ini seperti “goal setting” atau menentukan apa yang kita ingin capai di tahun depan. Biasanya keinginan untuk memperbaiki diri agar lebih sehat, menabung lebih banyak dan mengeluarkan lebih sedikit, atau belajar hal hal yang baru misalnya berkebun, berolah raga Taichi atau belajar Artificial Intelligence (AI). 

Berdasarkan astrologi Tiongkok, tahun 2026 adalah tahun Kuda Api yang diprediksi sebagai tahun optimisme dan peluang, dengan kepercayaan publik dan investor yang kuat mengarah pada pertumbuhan ekonomi, khususnya di dorong oleh kemajuan dibidang AI. 

Kita semua harus optimis. 

Seperti yang dikatakan host talk show terkenal Oprah Winfrey, “Kita bersulang untukTahun Baru dan kesempatan baru agar semuanya menjadi benar dan baik.” (*)

Ilustrasi: Di salah satu sudut Kota Modern, Tangerang di Bulan Desember 2025. (foto NAS)

Menanti Keberuntungan di Tahun 2026

Oleh: Sudarno Wiwoho

TAHUN 2025 akan berakhir. Waktu yang telah kita lalui hanya akan menjadi kenangan. Dengan begitu, saya hanya bisa merenungkan apa saja kenangan baik dan bermanfaat yang bisa saya ambil sebagai butir-butir hikmah. 

Namun demikian, tahun 2025 dan 2026, bukan periode yang berdiri masing-masing. Keduanya merupakan kelanjutan. 2025 menentukan 2026. Ada hubungan sebab akibat yang berjalan. Apa yang ditanam 2025 akan dipanen 2026. 

Sebagai pribadi dalam menghadapi pergantian tahun, saya merasakan dalam dua hal yang berlawanan. Pertama ingin 2025 jangan segera berakhir untuk memberi kesempatan memperbaiki apa yang masih kurang di tahun 2025 supaya menjadi tuntas dengan baik di tahun 2026.

Kedua, ingin segera berpindah ke tahun 2026. Siapa tahu tahun 2026 banyak keberuntungan dan kebaikan yang bisa kita dapatkan. 

Karena itu mari kita songsong tahun 2026, dengan semangat baru. Optimis. (*)

Leave a comment