Oleh: Santoso Yunus, Pemerhati masalah sosial, tinggal di Bekasi- Indonesia

Santoso Yunus

TANGGAL 22 Desember 2025, Indonesia secara nasional merayakan hari Ibu. Penting, keberadaan ibu dalam mewujudkan keluarga sehat dan bahagia, serta cerdas.

Dari sang ibu lah pendidikan awal untuk anak-anak dimulai.

Saya pribadi dalam keadaan apapun dan sedang di manapun, ketika membaca atau mendengar kata Ibu, seketika itu hatiku bergetar.

Tubuhku merinding, mengenang masa-masa lalu tatkala kedua ibuku masih menemaniku dan membimbingku mengarungi samudera kehidupan. Saya katakan kedua ibuku, karena saya punya dua ibu, yakni ibu kandungku, dan ibunya istri saya.

Tidak terasa ketika teringat ibu, air mataku meleleh. Ya, satu kata ibu membawa kenangan untuk kedua ibuku sekaligus Ibu kandungku sendiri dan ibu kandung dari istriku.

Sosok ibu bagi saya adalah sosok manusia agung di muka bumi. Keagungannya tidak ada tandingannya.

Beliau berdua menjadi janda hingga wafat. Masa-masa sepuh kedua ibuku dijalani di kampung, tepatnya di Desa Bawen, kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Ada satu rumah saya di kampung. Sejak aku dan keluarga merantau, ibunda istriku memilih untuk tinggal di rumahku ditemani adik perempuan istriku.

Sementara ibuku sendiri menempati rumah tinggal bersama ayah hingga ayah wafat tahun 1994 M.

Tidak lama setelah ayah meninggal Ibuku menyampaikan keinginannya untuk tinggal di rumahku juga, maka sejak saat itu kedua ibuku tinggal dalam satu rumah.

Ibu istriku ditemani adik istriku di rumah.yang sama.
Sedangkan ibuku ditemani adik perempuanku yang rumahnya berdekatan dengan rumahku.

Berdua tinggal serumah selama 7 tahun hingga Ibuku wafat lebih dulu pada tahun 2001.

Keduanya menghembuskan nafas terakhir di rumahku dan ditunggui oleh istriku. Rumah sederhana penuh kenangan. Rumah tempat kedua ibuku hidup rukun damai hingga maut.

Di rumah kedua ibuku menjalani masa-masa sepuh penuh kerukunan dan kedamaian.

Ibuku adalah ustadzah bagi ibu istriku. Ibu istriku sangat menghormati ibuku. Seorang ibu yang cantik jelita di masa mudanya, kembang desa yang pada akhirnya dipersunting seorang pejabat di dinas perhubungan.

Ibuku sangat menyayangi ibu istriku, membimbing dalam meningkatkan kualitas ibadah dan ilmu agama. Seorang ibu yang terlahir di dunia pesantren dan kental dengan budaya Jawa yang adiluhung.

Konon di usia 9 tahun sudah dibelikan seperangkat alat wayang lengkap, sehingga ketika beliau bercerita bak seorang dalang yang mampu meniru dan mengartikulasikan karakter masing-masing tokoh pewayangan. Ditambah literasi beliau tentang kisah-kisah Walisongo dan kisah tokoh-tokoh dan tempat-tempat yang legendaris. Pesona ibu dalam menyampaikan kisah-kisah menyisakan kenangan yang melekat pada para pendengar baik pada saat di pengajian-pengajian maupun di depan anak-anak muda yang minta waktu agar ibuku mendongeng di rumah.

Semoga kedua ibuku disatukan di kehidupan yang abadi di dalam surga yang sama.

Bukan kah beliau berdua sudah mampu mewujudkan kehidupan yang penuh kerukunan dan kedamaian di dunia.

Bukankah beliau berdua sudah mampu mewujudkan nuansa kehidupan surga di dunia.

Kedua ibuku yang luar biasa, semoga berdua selalu dalam Rahmat dan RidloNYA.

Leave a comment