Oleh: Mohammad Nasir, Wartawan Senior, Penulis Kehidupan
FORUM Wartawan Kebangsaan (FWK) mendesak pemerintah mengusut tuntas penyebab banjir dan longsor Sumatera dari sisi kejahatan manusia yang diduga merusak lingkungan.
Banjir dan longsor dalam enam hari terakhir telah melanda Pulau Sumatera, meliputi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Koordinator Nasional FWK Raja Parlindungan Pane, Minggu (30/11), seusai memimpin rapat kerja nasional FWK di Bogor mengatakan, sumber bencana alam di ketiga wilayah provinsi tersebut, berasal dari dua sumber.

Pertama akibat alam, yakni turun hujan dengan intensitas tinggi dan siklon tropis Senyar. Sumber kedua akibat manusia yang melakukan penebangan pohon, penggundulan hutan, dan kegiatan deforetasi lainnya.
“Sumber yang kedua ini harus diusut tuntas. Mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka yang mengakibatkan banyak korban meninggal dunia,” kata Raja Pane.
“Kalau sampai penerintah tidak melakukan pengusutan dan meminta tanggung jawab para perusak alam, mana tanggung jawab pemerintah Indonesia dalam melindungi rakyatnya. Bangsa Indonesia ini harus dilindungi. Tidak ada negara tanpa bangsa,” ujar Raja dengan geram.
Raja mengatakan, kesalahan perusak alam yang mengakibatkan bencana jangan lah ditutup oleh penyebab alam. “Oke lah, kalau penyebab dari alam seperti hujan lebat dan siklon tropis, itu tidak bisa digugat oleh pemerintah dan penegak hukum sekalipun,” tutur Pane.
Tetapi pelaku perusak alam itu orang, bahkan mungkin korporasi yang mencari untung dengan menghalalkan segala cara. Mereka harus tahu mana yang mengakibatkan bencana dan mana yang tidak.
Sebagai aparat pemerintah yang ditugaskan di daerah, juga harus tahu lingkungan, menguasai wilayah tugasnya. “Jangan pura-pura menutup mata, ketika ada truk pengangkut kayu gelondongan dari hutan. Periksa itu, apakah hasil penebangan legal atau illegal yang mengakibatkan kerusakan alam,” kata Raja.
Bencana alam yang menerjang tiga provinsi tersebut telah memasuki hari keenam pada Minggu, 30 November, 2025. Korban materi, berupa harta benda milik masyarakat tidak terhitung, baik itu harta bergerak maupun tidak bergerak.

Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) telah mengevakuasi 35.813 orang terdampak bencana alam di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dalam tiga hari terakhir. Hingga kamarin tercatat 188 orang meninggal dan 167 korban dilaporkan hilang akibat bencana tersebut.
Bebeapa jembatan ambruk ketika tiang penyangganya diterjang air deras yang membawa material kayu-kayu gelondongan. Akibatnya lalu lintas, termasuk pergerakan kendaraan pengangkut pangan dan barang berhenti total.
Sejumlah jalan nasional dari arah Medan (Sumut) menuju Banda Aceh juga masih sulit dilalui. Bahkan beberapa ruas jalan tol, seperti Tol Binjai (Sumut)-Langsa (Aceh) juga terendam banjir.
Kawasan terdampak bencana kian meluas. Informasi dari daerah-daerah terisolasi belum didapat mengingat jaringan listrik dan seluler terputus.
Pemerintah bersama instansi-instansi berwenang seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Tim SAR, serta kapolisian sudah dikerahkan untuk memberikan bantuan dan pertolongan cepat sebagai langkah tanggap darurat. “Tim cepat tanggap darurat harus diperbanyak,” kata Raja.
Di Aceh, berdasarkan informasi yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Kamis (27/11) pukul 16.00 WIB, jumlah warga yang
terdampak banjir dan longsor
tercatat 119.988 orang, sebanyak 20.759 orang di antaranya mengungsi (Kompas, 28/11).
Data tersebut dihimpun dari 16 kabupaten/kota yang dilanda bencana di Aceh, yaitu Pidie, Aceh Besar, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Subulussalam, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Singkil, Aceh Utara, dan Aceh Selatan.
Sementara di Sumatera Barat, banjir dan longsor melanda 13 kabupaten/kota dalam sepekan terakhir, yakni Padang Pariaman Kota Padang, Pesisir Selatan, Agam, Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Solok, Pariaman, Pasaman Barat, Bukittinggi, Pasaman, Lima Puluh Kota, dan Padang Panjang. Akibat bencana tersebut, sembilan orang meninggal di Padang, Agam, dan Pasaman Barat.
”Ada sembilan korban jiwa, yaitu lima orang dalam banjir bandang di Padang, tiga orang dalam banjir bandang di Agam, dan satu orang dalam longsor di Pasaman Barat,” kata Juru Bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Ilham Wahab, Kamis sore, sebagaimana di kutip Harian Kompas.
Adapun di Sumatera Utara, 43 orang dilaporkan meninggal, 88 orang hilang akibat banjir dan longsor yang melanda 12 kabupaten/kota, termasuk Medan, Tapanuli Utara dan Tengah.