Hanya ada sarapan seadanya, aroma secangkir teh hangat yang dibuat istriku mengalir pelan dari dapur.


Oleh : M. Harry Mulya Zein, Pakar Ilmu Pemerintahan, tinggal di Tangerang- Indonesia.

M. Harry Mulya Zein

Hari libur selalu punya suasana yang berbeda di rumahku. Tidak ada alarm pagi, tidak ada jadwal yang menunggu.

Hanya ada sarapan seadanya dan secangkir teh hangat yang dibuat istriku mengalir pelan dari dapur, dan suara langkah kecil kami yang saling bersahutan.

Pagi biasanya, setelah sarapan sederhana, kulihat tumpukan piring di bak cuci. Istriku sibuk merapikan ruang tengah, sementara matahari masuk dari jendela, membuat suasana rumah terasa hangat dan damai. Tanpa banyak bicara, aku bangkit dan mengambil alih pekerjaan kecil itu.

Saat air mengalir, aku merasakan sesuatu yang tidak pernah terlalu kupikirkan sebelumnya—betapa pekerjaan sederhana seperti mencuci piring ternyata bisa memberi rasa tenang. Busa sabun, suara gemericik, dan wangi bersih dari peralatan makan itu membuatku merasa sedang merawat rumah kecil kami dengan caraku sendiri.

Istriku sempat menoleh dan tersenyum. Senyum yang sederhana, tapi cukup membuat seluruh pagi itu terasa lengkap. Bukan karena aku melakukan hal besar, tapi karena aku hadir—sekadar membantu, sekadar meringankan sedikit beban hariannya.

Hari libur memang untuk beristirahat, tapi bagiku, membantu istri di rumah justru menghadirkan jenis ketenangan lain. Ketenangan bahwa kami berjalan bersama, saling mengisi, saling menjaga, bahkan lewat pekerjaan yang sering dianggap sepele seperti mencuci piring.

Di akhir pagi, dapur kembali rapi. Aku mengeringkan tangan dan melihat istriku yang sudah duduk sambil menikmati secangkir teh hangatnya. “Terima kasih,” katanya lembut.

Aku hanya tersenyum. Kadang, cinta memang hadir dari hal-hal kecil yang kita lakukan tanpa diminta. (*)

One response

  1. asrohmandar69 Avatar

    kenikmatan yang selalu di rindu

    Like