Oleh: Rachmad Bahari,
Soloensis

PADA 24-25 November 1945 para guru berkumpul di gedung Societeit Sasana Soeka atau lebih dikenal sebagai Soos Mangkunagaran Surakarta Soos adalah lafal pendek untuk societeit. Di era kekinian soos dikenal sebagai club house, atau gedung perkumpulan.
Orang ramai menyebutnya menyebut Sois Mangkunagaran sebagai Ngesus di seberang sisi timur menyeberang jalan Gajah Mada ada Soos Militaire tempat pertemuan perwira Legiun Mangkunagaran- yang kini difungsikan sebagai rumah dinas Wakil Walikota Surakarta.
Selain Soos Mangkunagaran ada Soos Abipraja di Singosaren tempat berkumpul kaum bangsawan dan priyayi Bumiputera, Soos Militaire untuk opsir Belanda di selatan Benteng Vastenburg yang kini digunakan sebagai Gedung Juang 45, dan yang paling bergengsi adalah Soos de Harmonie di Lojiwetan, yang konon sering digunakan PB X beserta pata kolega Belanda pesta dansa di sore hari. Soos Abipraja dan Soos de Harmonie sudah tidak ada bekasnya.
Surakarta pada masanya memang berperan sebagai metropolis dari pedalaman. Karenanya sering dijadikan lokasi perhelatan penting berskala nasional- termasuk Kongres Guru I di awal masa republik.
Para guru yang pernah tergabung dalam Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) dan kemudian Persatuan Guru Indonesia (PGI) dan dibekukan pada masa pendudukan militer Jepang. berkeinginan menghidupkan organisasi yang pernah dibekukan itu.
Tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan, para insan pendidik itu berkongres di Surakarta 24-25 November 1945 untuk membentuk organisasi yang mewadahi aspirasi guru dengan nama Perstatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hari lahir PGRI 25 November 1945 ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional.
Dalam perjalanannya PGRI sering beririsan dengan politik. Pada Orde Lama terdapat dua kubu PGRI, vaksentral dan non vaksentral yang dekat dengan anasir kiri. Pasca 1965, guru yang tergabung dalam PGRI nonvaksentral banyak yang ditahan dan dipecat.
Pada 1970 Basyuni Suryamihardja terpilih menjadi Ketua PGRI tanpa pernah tergantikan sampai Reformasi 1998. Selama hampir tiga dekade, Basyuni Suryamihardja melabuhkan aspirasi politiknya ke Golkar.
Sejak Reformasi 1998, PGRI menyatakan bersikap politik secara netral. Kedudukan PGRI juga tidak lagi menjadi wadah tunggal organisasi guru. Kini terdapat beberapa organisasi guru selain PGRI, seperti IGI, FSGI,, FGII dan sebagainya, serta beberapa organisasi guru berbasis mata pelajaran asosiasi guru matematika, asosiasi guru sains, dan sebagainya.
Terlepas dari itu, peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa adalah keniscayaan tak terelakkan. Dirgahayu para pahlawan tanpa tanda jasa.
Selamat Hari Guru Nasional.