Ditanya seandainya bisa bertemu tokoh historis, siapa tokoh yang akan jumpai?

Oleh: Mohammad Nasir- Tangerang- Indonesia

Simon Hendrik Spoor

Jawabanku: Banyak tokoh historis dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia ini, tetapi beliau-beliau itu sudah wafat sebelum saya lahir. 

Tokoh-tokoh historis itu antara lain Panglima Jenderal Soedirman,  Imam Bonjol, dan yang terakhir Ir. Soekarno, Presiden Pertama RI. 

Namun saya tertarik juga untuk dipertemukan dulu dengan lawannya, tokoh tentara Belanda, yaitu Jenderal Simon Hendrik Spoor, panglima militer Belanda terakhir di Indonesia. 

Saya ingin mengajukan pertanyaan kenapa jenderal yang waktu itu masih muda belia sekitar 40-an tahun, suka bermain musik sejak muda, pemain biola yang bagus— mestinya punya hati yang lembut— kenapa mau menjadi panglima perang melawan Indonesia? 

Pertanyaan berikutnya, kematian mendadak jenderal yang sangat cerdas dalam seni tempur ini masih menjadi teka-teki.  Kalau boleh tahu menjelang kematian apakah dia merasa kalah melawan pejuang Indonesia, lalu memilih bunuh diri ataukah menderita penyakit, atau semacam serangan jantung? 

Jenderal Spoor meninggal mendadak setelah ia melawan Jenderal Soedirman dalam perang revolusi Kemerdekaan Indonesia (1945- 1949). 

Dia meninggal beberapa hari setelah ditandatanganinya Persetujuan Roem-Royjen (Mei 1949). Kesepakatan ini merupakan pembuka jalan menuju Konferensi Meja Bundar yang mengakhiri konflik dan era penjajahan Belanda di Indonesia. 

Kematiannya menyebabkan duka yang mendalam bagi kalangan tentara Hindia-Belanda, KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger). Spoor sangat dicintai dan dihormati oleh anak buahnya di kalangan KNIL. Jenazahnya dimakamkan di Jakarta. 

Tapi seandainya saya bisa bertanya pada Pak Jenderal Soedirman saya akan mengajukan pertanyaan, “Menurut Bapak, Jenderal Spoor itu seperti apa dalam memimpin peperangan melawan Indonesia?” 

Dalam Biografi Jenderal Spoor J.A de Moor berjudul Triomf en Tragiek van een Legercommandant diceritakan bagaimana jenderal cerdas dan menonjol dalam penguasaan ilmu militer itu  mengalami kegagalan. Kegagalan ini mungkin menjadi penyebab kematiannya. 

Sebagai pemain musik biola dia terbiasa mendengarkan suara kejernihan gesekan alam. Ayahnya, Andreas Petrus Spoor juga pemain biola yang bereputasi tinggi di Eropa Barat.