Oleh: Rachmad Bahari,
Soloensis

Rachmad Bahari

The Sacred Cow atau Sapi Suci adalah istilah yang dipinjam dari Hinduisme terhadap hal yang tidak bisa diusik, tidak boleh diganggu, antikritik, dan semua kemauannya harus berjalan tanpa gangguan.

Itulah yang terjadi pada pemerintahan yang sejatinya otoritarian, tapi dibungkus dengan cara-cara yang “sok lunak”. Demokrasi “seolah-olah” terus ditampilkan dengan pura-pura baik hati dan aspirarif.

Sang pemimpin layaknya demagog akbar, yang selalu ngomong besar bela rakyat dalam kenyataannya hampa. Keputusan penting selalu dibuat secara impulsif sesuai dengan kata hati sesaat, walaupun implementasinya tidak mudah diwujudkan – kalau tidak mau dibilang sulit.

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No 114/PUU- XXIII/2025 tentang larangan polisi aktif menempati jabatan sipil, sudah seharusnya serta- merta dilaksanakan. Walaupun sebenarnya Polri adalah institusi sipil dengan kewenangan khusus dan memiliki diskresi menggunakan senjata.

Terkait PUU MK No 114 itu terjadi pro-kontra, para pakar menyatakan langsung dinyatakan secara serta-merta. Sementara dari lingkungan Polri tampak enggan untuk mematuhi putusan yang bersifar final dan memgikat itu.

Bahkan Kompolnas yang sebenarnya bertupoksi sebagai oversight-committee bagi Polri justru menganjurkan untuk tidak melaksanakan putusan MK itu.

Beberapa pihak di lingkaran kekuasaan juga menyatakan putusan itu tidak wajib dilaksanakan.

Terhadap sikap seperti itu, maka ketaatan dan kepatuhannya terhadap konstitusi wajib dipertanyakan.

Jika publik melakukan pembangkangan (public disobedience) terhadap peraturan hukum yang dianggap tidak adil itu lumrah dalam negara demokrasi. Tetapi kalau institusi negara membangkang terhadap putusan lembaga peradilan yang bersifat final dan mengikat, itu disebut apa?

Apakah tidak ada lagi sikap deference atau menghargai sesama institusi negara? Rakyat tentu berhak bertanya.

Pemegang kekuasaan cuma polisi tampaknya telah menjadi berhala semacam sapi suci yang tak tersentuh hukum. Yang diperlakukan layaknya sebagai sapi suci lainnya.