Catatan: Karim Paputungan, Wartawan Senior, Kolumnis, Mantan Pemimpin Redaksi Harian Merdeka & Harian Rakyat Merdeka. 

Karim Paputungan

Qris: diterima
Cash: Tak dilayani

++
PADA ujung akhir pekan, kemarin saya menjajal Woosh, kereta api cepat Jakarta Bandung.

Numpak dari Stasiun Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Tujuan Stasiun Padalarang, Bandung Barat. Pemberhentian akhir di Tegalluar, Kabupaten Bandung.

Woosh

Go Show

Saya berdua go show aja. Membeli karcis langsung di loket. Kelas ekonomi dibandrol Rp 275 ribu per orang. Konfigurasi kursi: 2/3. Pembayarannya dengan kartu debit. QRIS juga dilayani. Tunai atau cash tidak diterima.

Jadwal keberangkatan pertama dari Halim pukul 08.00. Ternyata pukul 07.59 kereta sudah bergerak. Berarti lebih cepat satu menit.

Kecepatan
Begitu berakselerasi, saya lihat di monitor kecepatan sudah di angka 40 kilometer per jam. Bergerak terus dari puluhan kilometer, seratusan, dua ratusan hingga tiga ratusan kilometer per jam. Kecepatan kadang stabil, menanjak dan juga melambat, terutama kalau melewati terowongan.

Saya sempat amati kecepatan ketika menyentuh angka: 302 – 322 – 325 – 330. Mentok pada angka 347 kilometer per jam. Sebentar aja. Kecepatan maksimal adalah 350 km per jam.

Suhu di dalam gerbong: 23 derajat Celsius dan di luar: 30 derajat Celsius juga ditayangkan. Informasi menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Padalarang
Tanpa terasa kereta tiba di stasiun Padalarang pukul 08.30 sesuai jadwal. Sebagian penumpang turun untuk melanjutkan perjalanan.

Kami beralih naik kereta pengumpan– feeder ke Stasiun Hall atau stasiun utama di kota Bandung. Durasi perjalanan 19 menit. Tanpa pemeriksaan tiket. Tanpa nomor kursi. Bebas aja duduknya. Kursi berwarna hijau. Konfigurasi 2/2 tegak. Posisi gak bisa diatur-atur.

Pengumpan
Di Stasiun Bandung ada orang yang mendekati untuk menawarkan jasa taksi borongan. Tapi kita ada pilihan memesan taksi on-line atau taksi meteran. Mereka jemput ke dalam. Bisa juga kita keluar mencegat angkot atau tengok-tengok dulu toko oleh-oleh.

Woosh bersama penumpang lain meneruskan perjalanan ke stasiun akhir Tegalluar.

Kami yang berdomisili di kawasan Tangerang Selatan menggunakan taksi ke Stasiun Halim. Cukup jauh dan makan waktu, bila dibanding dengan perjalanan kereta cepat.

Seorang pejabat yang mempunyai prestasi gemilang membenahi kereta api, pernah berujar bahwa stasiun kereta cepat lebih tepat kalau berada di BNI City sebagai hub di pusat kota Jakarta.

++
Kereta cepat Jakarta – Bandung, satu-satunya yang tercepat di Asean. Ada rekan dari Malaysia yang sengaja datang untuk menikmatinya.

Kereta cepat memang cepat. Wuusshhh (*).