Catatan: Karim Paputungan, Wartawan Senior, Mantan Pemimpin Redaksi Harian Rakyat Merdeka.

Email: karimpaputungan@gmail com

Karim Paputungan

Berimajinasi tentang Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau di Titik Nol Kilometer Anyer – Panarukan

++
ADA menara tinggi putih menjulang kokoh di bibir pantai. Dari kejauhan tampak ketika kita melintas di Jalan Raya Bandulu, jalur wisata utama Anyer – Carita, Banten.

Mercusuar Cikoneng

Dialah mercusuar Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Disebut Cikoneng sesuai nama lokasi desa. Kuat berdiri sejak dibangun tahun 1885 atau 140 tahun silam.

Kawasan Mercusuar bukan sekedar kepingan sejarah, tapi sekaligus menyimpan kisah letusan dahsyat Gunung Krakatau yang menghancurleburkan kehidupan, bahkan mengubah iklim dunia.

Lokasinya: di seberang jalan restoran hidangan laut yg buka 24/7. Di sampingnya pantai untuk wisatawan dengan warung warung sederhana. Juga sebagai area parkir. Pedagang Umumnya menjual kelapa muda.

Pintu masuk
Ada pagar pemisah dan pos penjaga di pintu masuk samping yang senantiasa terbuka. Ketika kami berkunjung tidak tampak petugas. Pengunjung melenggang saja. Melihat-lihat sebentar. Tak ada info, apakah pengunjung bisa naik ke atas menara.

Di sekitar Mercusuar terdapat taman, gazebo, beberapa vila sederhana. Selain itu, ada:

  1. Monumen Titik Nol Kilometer Pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan.
  2. Fondasi reruntuhan bekas mercusuar lama yg hancur diterjang dahsyatnya letusan Gunung Krakatau.

Di fondadi berupa reruntuhan bata merah, kita dapat berimajinasi tentang dahsyatnya letusan Gunung Krakatau sekaligus sejarah era kolonial.

Tinggi: 60 meter
Anak tangga: 280 bilah
Di Menara Suar berupa Menara Putih kita disuguhi info dalam bentuk teks:
“Pada masa colonial Belanda, Raja Willem III membangun banyak menara suar di wilayah Nusantara. Proyek awal di Pulau Beras, Sabang, Aceh. Kemudian menjalar hingga seluruh wilayah Indonesia.

Salah satunya adalah Menara Suar Cikoneng. Dibangun hanya berselang dua tahun dari ledakan dahsyat Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami. Menara suar lama hancur.”

Menara setinggi 60 meter dengan 280 bilah anak tangga ini dibangun tahun 1885. Ledakan dahsyat Gunung Krakatau tahun 1883.

Menara ini dibangun oleh LJ Enthoven & co, perusahaan konstruksi yg bermarkas di Gravenhage, Belanda.

Menara Cikoneng dikelolah oleh Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok.”

Onggokan bata merah,
Tersisa di bibir pantai.
Menara suar lama hancur, karena bencana alam itu. Sisa-sisanya berupa onggokan bata merah masih terlihat di bibir pantai.

Pada tapak fondasi menara lama, Gubernur Jenderal Herman Daendels memulai Titik Nol proyek pembangunan jalan raya Anyer – Panarukan sejauh 1.076kilometer di sepanjang Pantai Utara Jawa (Pantura).

Direktorat Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan membangun monumen di Titik Nol Kilometer. Diresmikan pada 6 Januari tahun 2017 oleh Ir Bambang Wiyanto MM, Direktur Kenavigasian.

Monumen berupa sepasang tapak tangan terbuka menopang globe atau bola dunia. Di bawahnya terdapat peta Jalan Anyer-Panarukan.

Mercusuar masih terus berfungsi sebagai pemandu navigasi kapal.
Di bagian puncak terlihat lampu yang berputar 360 derajat hingga jangkauan 20 mil atau 32 km lebih.

++
Kini era Republik, mendekati satu setengah abad sejak Daendels membangun jalan raya Jawa, kita memiliki Jalan Toll Transjawa.

Saya dari area Mercu Suar dapat memandang laut lepas dengan kapal- kapal tanker yang melintas serta bayangan Pulau Sangiang di kejauhan.

Gunung Krakatau dan Rakata, anaknya yang terus tumbuh tak kelihatan. Dia lagi terselubung kabut. Dan lagi tidak menyemburkan asap (*).

One response

  1. asrohmandar69 Avatar

    Lebih tua dari umur Indonesia kah?

    Like