Oleh: Djaka Suryadi, PhD, Bankir Syariah*
(djaka.suryadi01@gmail.com)

+++
Pendahuluan
Di tengah ketidakpastian ekonomi global tahun 2025, Indonesia menunjukkan ketahanan makroekonomi yang relatif kuat. Proyeksi World Bank menyebutkan pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran 2,3%-2,4%, sementara IMF menurunkan proyeksi dari 3,3% menjadi 2,8% akibat tekanan dari kebijakan tarif AS dan ketegangan geopolitik. Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa ekonomi Indonesia tidak terlalu terpengaruh, karena 80%-90% kekuatan ekonomi berasal dari domestik. Pandangan ini sejalan dengan analisis ekonom Harvard dan Oxford yang menekankan pentingnya kebijakan fiskal dan moneter nasional dalam menjaga stabilitas di tengah turbulensi global. Ekonom Indonesia seperti Chatib Basri dan Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya reformasi struktural dan penguatan sektor riil untuk menjaga daya tahan ekonomi.
Problem Statement dan Novelty
Masalah utama adalah bagaimana Indonesia dapat mempertahankan stabilitas ekonomi makro di tengah tekanan global yang terus berubah. Kebaruan/Novelty dari analisis ini adalah pendekatan integratif antara ekonomi konvensional dan ekonomi syariah, serta pembacaan terhadap peran kebijakan domestik sebagai penentu utama arah ekonomi nasional, bukan sekadar respons terhadap dinamika global.
Bagian 2: Landasan Teori
Definisi Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena ekonomi secara agregat, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, dan kebijakan fiskal serta moneter.
Faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro Indonesia
- Internal: Konsumsi rumah tangga, investasi, belanja pemerintah, dan kebijakan fiskal.
- Eksternal: Ekspor-impor, nilai tukar, suku bunga global, dan harga komoditas.
Target Capaian Indonesia 2025
- Pertumbuhan ekonomi: 5,3%-5,6%
- Inflasi: 2,5%-3,5%
- Defisit fiskal: <3% PDB
- Rasio utang: <40% PDB
Dalil Al-Qur’an dan Sunnah
- QS Al-Hasyr: 7
“Agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”
➤ Menekankan distribusi kekayaan yang adil sebagai prinsip ekonomi Islam. - HR. Muslim
“Sesungguhnya pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada.”
➤ Menekankan etika bisnis dan kejujuran dalam transaksi ekonomi.
Kajian Ekonomi Makro Syariah dari Ulama Al-Azhar dan Ummul Quro
Ulama Al-Azhar menekankan pentingnya maqashid syariah dalam kebijakan ekonomi: menjaga harta, jiwa, dan akal. Ekonomi syariah menolak riba, mendorong zakat dan wakaf sebagai instrumen redistribusi. Kajian Ummul Quro menyoroti pentingnya stabilitas harga dan keadilan dalam distribusi sebagai indikator makroekonomi syariah.
Dampak Risiko dan Mitigasi
- Risiko Global: Volatilitas pasar, suku bunga tinggi, konflik geopolitik.
- Mitigasi: Diversifikasi ekspor, penguatan sektor UMKM, reformasi fiskal, dan digitalisasi ekonomi.
Pembahasan Problem Statement
Purbaya menekankan bahwa Indonesia harus fokus pada kebijakan dalam negeri. Ini sejalan dengan teori Keynesian yang menekankan peran pemerintah dalam menjaga permintaan agregat. Harvard dan Oxford menyarankan penguatan institusi fiskal dan moneter, sementara ekonomi syariah menekankan keadilan dan keberlanjutan. Dengan 80% kekuatan ekonomi berasal dari domestik, Indonesia memiliki ruang besar untuk menentukan arah kebijakan sendiri.
Bagian 3: Penutup
Kesimpulan
Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang kuat di tengah gejolak global. Dengan fokus pada kebijakan domestik, penguatan sektor riil, dan integrasi prinsip ekonomi syariah, Indonesia dapat menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Rekomendasi
- Perkuat kebijakan fiskal dan moneter berbasis data dan prinsip maqashid syariah.
- Dorong inklusi keuangan melalui zakat, wakaf, dan pembiayaan syariah.
- Diversifikasi ekspor dan investasi untuk mengurangi ketergantungan global.
- Digitalisasi sektor UMKM sebagai penggerak ekonomi lokal.
- Pendidikan ekonomi syariah untuk memperkuat etika dan keadilan dalam sistem ekonomi nasional.
Semoga analisis ini menjadi kontribusi nyata dalam membangun ekonomi Indonesia yang tangguh, adil, dan berkelanjutan.
+++
*Tentang Penulis:
Djaka Suryadi, PhD, pemerhati hukum dan keuangan syariah. Meraih gelar Doktor di bidang Keuangan Islam dari salah satu universitas di Malaysia.
Di Indonesia, ia menjadi bankir syariah dan pernah bekerja di sebuah bank swasta selama 28 tahun, serta menjadi dosen hukum Islam dan keuangan Islam selama 18 tahun di berbagai universitas.
2 responses
Dampak sistem ekonomi yang kacau dan cenderung elitis
LikeLike
Stabilitas di tengah risko, karena distribusi kekayaannya masih di segilintir elie dan orang, pertumbuhan bukan pemerataan! 🤗🙏
LikeLike