Oleh: Sudarno Wiwoho, Pemerhati Pendidikan dan Kebudayaan

Sudarno Wiwoho

Kisah hidup di kampung halaman saya saat usia remaja, rasanya indah sekali dan rasanya tenang, walaupun saat itu belum ada telepon seluler, dan belum tahu pacaran. 

Pikiran mencari pasangan untuk nikah pun belum ada. Pikiran yang muncul kalau malam hanya mencari belut, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, dan mendengarkan radio menjelang tidur. 

Waktu itu, saya ingat di kampung saya, Susuk, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sedang musim tanam padi. Hamparan sawah begitu luas, dan  sudah siap ditanami padi. Sebagian sudah ditanami padi.

Musim tanam padi waktu itu, sekitar tahun 1980-an, di sawah kalau malam banyak belut yang ke luar dari lubang-lubang. 

Belut bentuknya mirip ular. Kalau tidak bisa membedakan bisa bahaya. Seharusnya yang ditangkap belut, tapi malah menangkap ular. 

Belut

Belut ini dagingnya gurih. Bisa digoreng, maupun dikeringkan, untuk dijadikan semacam ikan asin. Tetapi sebelum dikeringkan, dibelah perutnya, kemudian dipotong-potong kecil. 

Untuk mendapatkan belut, saya dan teman-teman membawa lampu penerangan atau obor ke sawah. Orang kampungku bilang “ngobor belut”dengan menggunakan lampu petromak. 

Tidak perlu waktu lama turun ke sawah, sekitar satu jam kurang lebih, belut sudah keluar dari lubang-lubangnya. Tinggal menangkap. Kami dapat banyak belut selain ikan. 

Di masa sekarang, sawah-sawah yang sudah siap ditanami padi, tidak lagi ditemukan  lagi belut dan ikan. Mungkin karena populasinya semakin sedikit akibat penggunaan pupuk padi yang menggunakan kimia, seperti pupuk orea.

Dengan kata lain, persawahan sudah tidak lagi banyak ikan atau belut.

Melakukan ngobor belut sepèrti dulu, sekarang tidak akan bisa terulang lagi karena memang sudah tidak ada ikan dan belut di sawah.

Waktu seperti itu rasanya tidak akan terulang lagi, baik dari segi waktu dendiri yang tidak mungkin diputar balik, maupun keadaan lingkungannya sudah berbeda. 

Banyak pencemaran lingkungan. Sekarang tidak ada belut lagi di sawah-sawah. 

Saya pasti ingin kembali ke masa-masa itu. Hidup bahagia hanya dengan kegiatan yang sangat sederhana, mencari belut. 

Rasanya ingin menghidupkan kembali masa-masa itu.