Oleh: Rachmad Bahari,
Soloensis

KENDARAAN roda tiga mulanya menggunakan tenaga kayuhan kaki manusia. Itulah becak yang konon mulai hadir di Indonesia akhir tahun 30an atau awal 40an.
Becak yang merajelala antara dasawarsa 60an hingga 80an, kemudian dihapus keberadaannya sebagai angkutan orang di Jakarta.
Penataan keberadaan becak di Jakarta sudah dimulai pada masa Gubernur Ali Sadikin, yang menerapkan adanya kawasan daerah bebas becak, artinya becak hanya boleh beroperasi di kawasan yang ditentukan.. Becak sebagai sarana angkutan barang,dan penjaja makanan masih bisa dijumpai di Jakarta sampai sekarang.
Penjaja roti legendaris seperti Tak Ek Tjoan dan Lauw masih menggunakan becak.
Hal serupa juga terdapat pada kota-kota lain, dan jumlahnya kini turun drastis.
Di kota kelahiranku, Solo, para penjaja roti baik yang menggunakan gerobak dorong maupun becak pernah meramaikan kampung di pagi atau sore hari.
Paling tidak ada tiga merek rotii yang memiliki armada becak untuk menjajakan dagangannya, yakni Babah Setoe, Priyayi, dan Luwes. Becak roti itu kini lenyap dari peredaran di kota Solo. Sesekali tampak bajaj roda tiga roti Luwes, itupun makin jarang dijumpai.
Pernah ada juga roti merek Dika yang menggunakan mobil pick-up dengan box etalase kaca untuk memajang dagangan, tapi kini juga telah raib dari peredaran.
Becak angkutan orang masih ada di Solo, walaupun jumlahnya terus menyusut. Sebagian becak kini bersulih tenaga mesin sepeda motor.
Becak di Solo ada dua macam, yang berlantai anjungan penumpang tinggi dengan slebor atau spatbor gembung, yang bila ada penumpang perempuan, untuk naik turun, pengemudinya mengangkat roda belakang supaya anjungan penumpang lebih mudah dinaiki.
Becak berlantai anjungan penumpang rendah berukuran lebih besar dengan slebor pipih lebih ramah bagi penumoang perempuan. Becak jenis ini dulu hanya satu merek yakni Dadari dan mangkal di pasar Singosaren.
Kini becak lantai tinggi dengan slebor gembung hampir tidak ada lagi di Solo. Hampir semua becak di Solo kini berlantai anjungan penumpang rendah dengan slebor gepeng meski ukurannya tidak sebesar atau selebar becak Dadari yang bisa memuat tiga orang penumpang itu.
Selain menggunakan tenaga manusia becak menggunakan tenaga mesin sudah lama ada di Sumatera. Yang membedakan becak kayuh dan becak mesin di Aceh, Sumatera Utara hingga Jambi dan daerah lainnya adalah posisi penumpang yang berada di samping pengemudi. Sementara di daerah lain posisi penumpang berada di depan pengemudi.
Dulu di kawasan Pasar Senen dan sekitarnya terdapat mobet atau motor betjak, menggunakan sepeda motor kecil yang dimodifikasi menjadi beroda tiga.
Posisi penumpang berada di belakang pengemudi. Mobet juga pernah disebut anglingdarma, angkutan lingkungan dari masyarakat.
Sebelum ada bajaj, di Jakarta pernah ada helicak, atau helikopter becak. Disebut helicak karena bentuknya mirip helikopter. Helicak merupakan scooter merek Lambretta yang dimodifikasi menjadi becak bermotor..
Bajaj sebenarnya adalah merek kendaraan bermotor dari India yang salah satu produknya adalah kendaraan bermotor roda tiga untuk angkutan orang maupun barang. Di Jakarta bajaj dianggap sebagai jenis angkutan, apapun mereknya seperti TVS dan Piaggio asal digunakan secara komersial untuk angkutan orang disebut bajaj. Angkutan sejenis di Thailand dan Kamboja disebut tuk-tuk.
Di Indonesia kendaraan bermotor roda tiga untuk angkutan barang sudah diproduksi di dalam negeri dengan merek Tossa, Hero, dan VIAR. Karena yang pertama adalah Tossa, maka banyak orang menyebutnya sebagai tossa. Di beberapa daerah ada tossa yang difungsikan layaknya angkot.
Pada Asian Games 1962 di Jakarta, pemerintah mengimpor Daihatsu Midget sebagai sarana transportasi antar venue di GBK. Pasca Asian Games 1962, Daihatsu Midget yang lebih dikenal sebagai bemo (becak mobil) menyebar ke berbagai kota dan difungsikan sebagai angkutan umum. Keberadaan bemo kini punah dan fungsinya digantikan angkot.
Selain di Jakarta dan Pekanbaru, kini kehadiran bajaj sebagai angkutan umum mulai memasuki beberapa kota, Semarang, Yogyakarta dan belakangan Solo. Bajaj di tiga kota itu beroperasi selayaknya ojek online.
Kehadiran bajaj di Semarang dan Yogyakarta tidak bermasalah. Hanya di Solo kehadiran bajaj dipersoalkan karena perizinan maupun tentangan dari pengemudi ojek online. Sebetulnya yang lebih diuntungkan adalah calon penumpang karena ada alternatif pilihan yang lain.
Generasi baby boomers dan Gen Y tentu pernah akrab dengan lagu anak-anak Naik Delman, Naik Becak, dan Bemo Si Kecil Beroda Tiga. Sayangnya sampai kini belum pernah terdengar lagu anak-anak tentang bajaj.
Tiga lingkaran juga pernah menjadi merek terkenal dari Kudus. Pengusaha rokok kretek terbesar pada zamannya Nitisemito pernah terkenal dengan rokok merek tjap Bal Tiga.
Soedono Salim a k a Liem Sioe Liong, yang merintis bisnis dari Kudus juga memiliki industri semen cap Tiga Roda.
Roda tiga menguak takdir, bisa sukses, tapi juga bisa terpuruk.