Bunga kamboja dan jasmine

Catatan: M. Nasir, Wartawan, Penulis Kehidupan

Saya bukan bangsa jin atau bangsa lelembut yang kata banyak orang suka wewangian. Saya manusia biasa, tetapi sepanjang hidup, sejak kecil sampai sekarang suka wewangian. 

Wewangian adalah bau wangi atau harum yang berasal dari segala macam yang wangi. Misalnya aneka macam bunga, buah. kayu wangi, parfum, dan bumbu-bumbuan atau rempah. 

Kecintaanku pada wewangian membuat saya berani mengambil kesimpulan tanpa penelitian bahwa manusia sejak lahir hingga meninggal memerlukan wewangian. 

Minyak wangi itu seperti bumbu dapur. Di setiap rumah menyimpan minyak wangi. Tidak terasa minyak wangi bergeser menjadi kebutuhan pokok. 

Setiap sebelum berangkat keluar rumah untuk bekerja atau keperluan lain mencari minyak wangi untuk disemprotkan ke baju, atau disemprotkan ke udara di atas kepala. Cairan yang lembut jatuh merata di tubuh. 

Kebutuhan akan minyak wangi untuk setiap rumah, saya berani mengarahkan adik kandung saya yang baru lulus kuliah untuk berjualan minyak wangi. Ini pekerjaan yang ringan. 

Tidak seperti membuka rumah makan, harus sibuk menyiapkan masakan. Risikonya lumayan kalau tidak laku. Sementara minyak wangi kalau belum laku terjual, tidak ada istilah basi. Bisa disimpan dalam waktu lama. 

                +++

KETIKA saya punya rumah dan ada tanah lebih sedikit di depan dan sampingnya, saya tanam tanaman-tanaman yang berbunga wangi. Seperti kemuning yang menghasilkan bunga wangi yang tajam dan menyebar jauh. 

Kalau malam dibawa angin lembut, jarak hingga sekitar 10 meter, harum baunya menyebar. Selain kemuning ada bunga berbau pandan wangi dan kamboja. 

Bahkan saya juga pernah menanam bunga kantil, kembang kenanga atau kembang gading. Bunga-bunga wangi ini biasanya untuk nyekar atau berziarah kubur.

Wewangian di halaman rumah membuat orang merasa takut karena wewangian sering dikaitkan dengan bangsa lelembut. 

Suatu ketika saya melihat petugas keamanan lingkungan jarang berpatroli sampai ke depan rumah yang berada di ujung jalan. 

Saya tanya, kebetulan waktu itu saya  menjadi ketua lingkungan. “Kenapa sekarang kalau malam jarang patroli ke depan rumah saya?” 

Seorang kepala regu keamanan menjawab, “Anak-anak katanya pada takut kalau patroli sampai depan rumaj bapak. Kalau ada yang berani juga sambil buru-buru pergi”.

“Lho kenapa?” tanya saya. 

“Itu pak, suka ada bau wangi-wangi aneh. Bulu kuduk pada merinding. Takut,” kata kepala regu jaga malam. 

“Itu bunga. Tidak ada hantu,” kata saya. (*)